LOMBOK UTARA, SUMSELONLINENEWS.COM- Sesuai intruksi Presiden RI, Joko Widodo untuk memberikan dana stimulasi membangun rumah penduduk yang rusak berat sebesar Rp 50 juta setiap Kepala Keluarga (KK) oleh Pemerintah pusat melalui BNPB langsung menyerahkan bantuan uang berupa tabungan di Bank Rakyat Indonesia (BRI) kepada sebanyak 1,191 penerima bantuan.
Total bantuan diberikan tersebut senilai Rp 59,55 milyar. Nantinya semua kepala keluarga yang memiliki rumah rusak akan diberikan bantuan dari pemerintah.
Rincian penerima bantuan stimulasi tahap pertama, yakni 125 untuk penduduk Lombok Utara, 20 Lombok Tengah, 6 untuk Lombok Barat, 1,020 Lombok Timur, 20 Kota Mataram. Bantuan tersebut secara simbolis diberikan oleh Danrem 162 Wirabhakti, Kalaksa BPBD Kabupaten Lombok Utara, Wakil Ketua DPD RI, Kapolres Lombok Utara, Kalaksa BPBD Kabupaten Lombok Timur, Kalaksa BPBD Provinsi NTB kepada masyarakat terdampak di GOR Pamenang.
Presiden yang telah menyapa pengungsi gempa bumi Lombok Utara selama dua hari 13-14 Agustus 2018, juga menyempatkan berdialog dengan pengungsi diberapa titik pengungsian menanyakan berapa ganti rugi yang diterima masyarakat.
"Rusak berat 50 juta, rusak sedang 25 juta dan rusak ringan 10 juta" ucap Presiden Joko Widodo yang disambut tepuk tangan masyarakat.
Rumah yang masuk kategori rusak berat adalah yang ambruk total, sedangkan rusak sedang masih berdiri namun tidak bisa dihuni, dan terakhir rusak ringan masih bisa dipakai tempat tinggal. Pendataan dan verifikasi dilakukan oleh Dinas PUPR dan BPBD Kabupaten/Kota setempat dengan data dengan mencantumkan nama kepala keluarga dan alamat. Data tersebut di-SK-kan oleh Bupati/Walikota dan dibuatkan rekening bank kemudian BNPB mentransfer bantuannya.
Presiden juga memerintah Kepala BNPB dan Menteri PUPR untuk segera membantu masyarakat agar dapat membangun kembali rumahnya. Salah satunya menggunakan Rumah Instan Sederhana Sehat (RISHA) dikembangkan oleh Balitbang Kementerian PUPR. Teknologi ini menggunakan sistem modular sehingga mudah dipasang dan lebih cepat penyelesaiannya dibandingkan konstruksi rumah konvensional.
Biayanya juga terjangkau, mudah dipindahkan karena knock down, tahan gempa dan dapat dimodifikasi menjadi bangunan kantor, puskesmas, rumah sakit, sekolah, dan lainnya.
Teknologi risha dapat mereduksi kesalahan berulang dalam membangun rumah, khususnya kesalahan sistem sambungan penulangan kolom, balok, sloof dan yang lainnya. Risha juga telah diaplikasikan Kementerian PUPR 2 unit rumah contoh yang digunakan sebagai Balai Dusun Akar-Akar Utara, dan Sekolah Adat Bayan, Desa Karang Bajo di Lombok Utara yang kondisinya masih utuh meski mengalami guncangan gempa pekan lalu.
Sesuai data Dansatgas tercatat per 13 Agustus 2018, pukul 17.00 WITA, sebanyak 31,925 rumah rusak berat, sedang 3,135 dan 36.680 rusak ringan.
"183 masjid dan termasuk juga 6 musholla rusak para," tambah Sutopo Purwo Nugroho Kepala Data Informasi dan Humas. (Bakron)
Posting Komentar
0Komentar