//Apalagi Pelakunya
PALEMBANG, BS.COM - Hujan alit mengantarkan Simbur ke rumah keluarga Vera Oktaria, korban mutilasi yang diduga dilakukan pacarnya sendiri, Deri Pramana.
Rini, kakak Vera meyakini jika motor dan handphone (HP) adiknya itu dibawa lari oleh pelaku. Katanya, untuk sampai ke tempat kerja, Vera selalu menggunakan sepeda motor.
“Masih di DP (Deri Pramana) katanya, dibawa sama dia. Pokoknya sampai hari ini, motor dan handphone-nya tidak ada,” ungkap Rini saat di temui di rumah duka, Senin (13/5).
Rini meyakini jika terduga pelaku mutilasi adalah Deri Pramana karena Vera seringkali curhat kepadanya tentang keinginannya menjauh dari sang pacar yang dikenal kasar dan temperamental.
“Dia tidak mau lagi dengan Deri Pramana karena orangnya kasar. Itu sering disampaikan kepada saya. Saya tahu bahwa Deri Pramana itu kasar dari kawan dia sendiri,” jelasnya.
Dilanjutkan, Vera tidak lagi memikirkan pacaran, tapi bagaimana dia bisa kuliah, bekerja, dan bagaimana bisa menyenangkan ibunya. “Mereka itu sudah lama putus (hubungan), kalau tidak salah semenjak Vera di Bengkulu. Intinya, Deri Pramana itu tidak mau ditinggalkan Vera (diputuskan),” katanya dengan dendam membara.
Selain itu, Rini menceritakan jika saat Vera menghilang, ibunya sempat mendatangi rumah Deri Pramana untuk memastikan keberadaan putrinya. “Kami kesana karena yang kami tahu Deri Pramana itu yang mengejar Vera terus. Sampai ada kawan Vera ngomong bahwa pernah Deri Pramana mengatakan daripada Vera dengan yang lain, lebih baik Vera mati di tangannya,” ujarnya lirih.
Saat Vera menghilang, kawan-kawannya mengatakan kepada Rini bahwa jika Vera bersama dengan Deri Pramana, mereka takut kalau Vera dibunuh.
“Pokoknya adik saya itu tidak mau lagi (pacaran). Kalau dia mau, tidak mungkin mati (dibunuh). Itu kan,” tegasnya dengan nada meninggi.
//Keluarga korban keberatan atas pemberitaan negatif di Media
Kakak ipar korban Vera Oktaria, Firdaus Jaelani menegaskan jika adiknya adalah perempuan yang baik termasuk spiritualnya dan karakternya. Vera dikatakan selalu puasa Senin dan Kamis serta juga rajin mengerjakan sholat lima waktu. Untuk itu, dirinya dan keluarga besar menyesalkan adanya informasi yang negatif kepada korban.
“Ketika ada pemberitaan (miring) bahwa meninggalnya di kamar hotel bukan berarti itu karena "ngamar". Bisa saja dia diintimidasi, ditekan, atau ditakut-takuti sehingga dia bisa sampai ke kamar hotel. Itu yang seharusnya ditelusuri juga,” sesalnya.
Kemudian, Vera pacaran biasa saja dengan Deri Pramana. Perlu diluruskan bahwa terakhir Vera sempat mengadu kepada kakaknya bahwa dia tidak mau lagi berpacaran dengan Deri Pramana, karena orangnya kasar.
“Menurut kesimpulan kami sekeluarga, Deri Pramana kalap karena cintanya ditolak (diputuskan). Kalau ditolak laki-laki mestinya biasa saja kan, tapi karena mungkin penyakit ada atau psikopat, makanya dia membunuh secara sadis,” ujarnya kesal.
Pihak keluarga menduga jika Vera dipaksa oleh Deri Pramana untuk ke hotel. Karena Vera dinilai tidak pernah tidak pulang atau menginap di tempat lain.
“Tapi ada keterangan dari rekan kerjanya kalau Vera sering didatangi (Deri Pramana) di tempat kerja,” ungkap Firdaus.
Terkait dugaan kuat pelaku adalah Deri Pramana, keluarga Vera sampai saat ini mengaku belum melakukan komunikasi apapun dengan keluarga terduga yang merupakan tetangganya sendiri.
“Sampai saat ini kami belum mendatangi keluarga Deri Pramana karena masih memegang asas praduga tak bersalah. Kami berharap aparat kepolisian bisa menemukan Deri Pramana secepatnya. Buat apa komunikasi kalau Deri Pramana belum ada (ditemukan). Kan itu tambah memperkeruh masalah. Entah masih hidup atau sudah mati, kita tidak tahu kan. Jadi lebih baik seperti ini saja dulu sampai ada kejelasan,” jelasnya.
Terkait hukuman yang dikenakan kepada pelaku pembunuhan dan mutilasi itu, Firdaus memastikan jika pihak keluarga berharap akan ada hukuman maksimal bagi pelakunya. Namun, pihaknya tetap akan menyerahkan proses tersebut kepada kepolisian.
“Pastinya keinginan keluarga adalah hukuman yang setimpal. Karena adik kami yang baik dan tidak bersalah itu dibunuh, jadi kami minta hukuman maksimal. Apakah itu hukuman mati atau seumur hidup, kami serahkan ke pihak berwajib. Kalau hukuman maksimalnya itu hukuman mati lebih baik seperti itu, biar jadi pembelajaran bagi semua orang agar jangan seenaknya saja membunuh,” harap Firdaus.
Dilanjutkan, Vera baru tiga bulan ini kembali ke Palembang. Sebelumnya dia tinggal di Bengkulu selama kurang lebih tiga tahun. Dia kembali ke Palembang karena ingin fokus bekerja dan membantu ibunya.
“Sebenarnya, Vera punya niat untuk balik lagi ke Bengkulu, tetapi tidak ada alasan pasti kenapa dia ingin balik. Tetapi sekarang kami paham kenapa Vera ingin kembali ke Bengkulu,” lanjut.
“Bagi kami sekeluarga kematian Vera adalah mati syahid, karena dia mempertahankan kehormatan dan keluarganya. Tapi apalah daya perempuan (menghadapi) monster seperti itu, ya dia tebus dengan nyawanya,” tutupnya.
Minggat dari Diklat, Gambar Pelaku Disebar ke Seluruh Koramil
Terduga pelaku mutilasi Vera Oktaria tak lain adalah pacarnya sendiri, yakni Deri Pramana. Pria tersebut diketahui sebagai anggota TNI berpangkat prajurit dua (prada) yang kabur saat mengikuti pendidikan Jurtaif di Dodiklatpur Baturaja sejak Sabtu (4/5) hingga sekarang.
Kapendam II/Sriwijaya, Letkol Inf Djohan Darmawan membenarkan, terduga mengenyam pendidikan di Sartaif Rindam II/Baturaja. Informasi diterimanya dari pihak keluarga korban. Menurutnya, oknum TNI tersebut saat ini tidak ada di tempat atau tidak hadir tanpa izin (THTI). “Yang bersangkutan adalah siswa Sartaif di Rindam II/Baturaja yang Tidak Hadir Tanpa Izin,” ujar Djohan.
Perintah pimpinan sekarang, tambah Kapendam, gambar pelaku disebar di koramil-koramil. “Untuk membatasi ruang gerak pelaku agar bisa segera ditangkap,” terangnya sembari menambahkan, penanaganannya diserahkan kepada Pomdam. “Karena dia tentara,” ungkapnya.
Dari catatan pelatihan dan pengumpulan keterangan yang berhasil dihimpun, Sabtu (11/5), Prada Deni Pramana NRP 31190049211297, siswa Dodiklatpur Rindam II/Sriwijaya tidak hadir tanpa izin (THTI) pada Dikjur Taif Abit Dikmata Gel II Tahun 2018 (OV).
Sementara, Pasipam Dodiklatpur Rindam II/Swj menerangkan bahwa seminggu sebelumnya, Sabtu (4/5) pukul 20.30 WIB, Prada Deni Pramana melaksanakan kegiatan belajar malam.
Ketua RT 01, RW 02 Kemelak Bindung Langit Medi Kurniawan melapor ke penjaga Dodiklatpur Rindam Il/Swj bahwa ada siswa yang kabur dengan membawa plastik berisikan sepatu PDL, baju PDL, celana PDL dan kaos baju PDL, Sabtu (4/5) lalu sekitar pukul 21.00 Wib.
“Saya melapor ke penjagaan Dodiklatpur Rindam Il/Swj bahwa ada siswa yang kabur dengan membawa plastik berisikan sepatu PDL, baju PDL, celana PDL dan kaos baju PDL,” ungkap Medi.
Sebelumnya, lanjut Medi, dirinya menjumpai masyarakat di poskamling mengaku sebagai pekerja bangunan dan meminta tolong diantarkan ke Martapura karena orang tuanya meninggal. “Melihat gerak-gerik mencurigakan dan seperti siswa Dodiklatpur, kemudian saya mengajak ngobrol serius dan berniat mengantarkan ke Dodiklatpur tetapi dia menolak,” ungkap Medi.
Dijelaskannya, RT beserta masyarakat berencana menangkapnya, tetapi tidak berhasil. Dia melarikan diri ke Kebun Jagung di RT 01/RW 02 Kemelak Bindung Langit. Telah dilakukan pencarian menelusuri tempat dimana Prada Deri Pramana melarikan diri di Kebun Jagung RT 01 RW 02 Kemelak Bindung Langit dan seputaran Baturaja tetapi masih belum ditemukan tentang keberadaannya.
Informasi tersebut relevan saat kompi melaksanakan pengcekan apel malam yang diambil oleh Danki Taif selaku yang tertua namun siswa kurang satu. Prada Deri Pramana yang tidak hadir tanpa keterangan. Pukul 21.10 WIB, selesai apel malam Danki melaporkannya kepada Wadan Dodiklatpur Rindam II/Swj yang kemudian memerintahkan seluruh jajaran pelatih untuk melakukan pencarian.
Pukul 21.20 WIB, Paurpam Dodiklatpur Rindam II/Swj Lettu Inf Yansen berkoordinasi dengan Medi Kurniawan selaku RT 01 RW 02 tentang keberadaan Prada Deri Pramana. Selanjutnya, mereka melaksanakan pencarian di seputaran Baturaja, Ogan Komering Ulu. Pukul 22.00 WIB Paurpam memberitahukan kepada orang tua dan sanak pamili Prada Deri Pramana bahwa yang bersangkutan melarikan diri dari Dodiklatpur. Paurpam meminta keluarganya untuk memberitahukan dan berkoodlrdinasi dengan staf pam apabila mengetahui keberadaan Prada Deri Pramana.
Pada Minggu (5/5) pukul 08.00 WIB, Paurpam menanyakan kembali keberadaan Prada Deri Pramana kepada orang tua dan keluarganya melalui telepon namun masih belum ada tanda-tanda keberadaannya hingga saat ini. Hingga Senin (13/5) sore, pantauan di tempat tinggalnya Lorong Taman Bacaan RT 006, RW 003 Kelurahan Tangga Takat Kecamatan Seberang Ulu II Kota Palembang, tak terlihat satu pun keluarga terduga pelaku. (Tim/Simbur/Red)
Posting Komentar
0Komentar