PALI, BS.COM - Disela-sela kegiatan penyuluhan yang digelar Hanardono, yakni sang penggiat daur ulang sampah asal Tanah Abang, Kabupaten Pematang Abab Lematang Ilir (PALI) Sumatera Selatan, yang telah mendapat predikat nasional ini nampak dengan tulus memberikan ilmunya kepada masyarakat.
Bukan hanya memanfaatkan sampah sebagai sesuatu yang bermanfaat, tetapi juga sampah bisa menghasilkan rupiah bagi warga yang saat ini ekonominya terpuruk akibat murahnya harga karet dan melambungnya harga sembilan bahan pokok (sembako) rumah tangga.
Dengan motto "Kerja keras, kerja ikhlas, kerja cerdas, kerja tuntas, rezeki tidak terbatas". Maka kemanapun dan dimanapun selalu mengkampanyekan nilai guna sampah yang ia artikan semoga Allah SWT melimpahkan pahala atas hamba-Nya.
“Biar aku dikatoke gilo, karena sesuai falsafah wong jawo namo aku Hanardono yang maknanyo Hanar (nener), artinyo bibit, dan dono (dunyo), artinyo dunio jadi bibit dunio sampah," candanya.
Acapkali diundang pada kegiatan regional maupun nasional sebagai narasumber baik oleh lembaga resmi pemerintah maupun swasta, Hanardono terkait pemanfaatan dan teknologi daur ulang sampah. Hanya saja, dirinya merasa hingga saat ini keseriusan pemerintah daerah PALI belum secara maksimal memberikan support atas segala upayanya kerasnya.
”Padahal masalah sampah di PALI saat ini menjadi momok. Baik di desa maupun di kota. Sampah dari kalangan, pasar dan maupun sampah rumah tangga sudah menjadi problem besar, yang hal ini menebar bau busuk, sumber penyakit, serta merusak pemandangan” ujar Mas Dono begitu ia disapa.
Belakangan dirinya giat mengajak warga menjadikan sampah sebagai sumber penghasilan ekonomi rumah tangga.
”Saya tampung beberapa jenis plastik tertentu dengan harga variatif sesuai dengan bahan dasar sampah itu sendiri," tambahnya lelaki tersebut.
Adapun jenis sampah yang dibeli dirinya. Seperti mika HDPE, PPC dan kantong dengan harga Rp 3 ribu perkilo gram (Kg), 10 ribu dan bahkan hingga 500 ribu. (Red)
Posting Komentar
0Komentar