JAKARTA, BS.COM - Beberapa hari lalu diberitakan bahwa dalam RAPBD Jakarta 2020 ada mata anggaran pembelian untuk pemberian dua kaleng Lem Aica Aibon kepada tiap siswa sekolah perbulannya.
Jelas mata anggaran dan program ini mengagetkan publik. Ada yang mempertanyakan untuk apa pemberian lem aica aibon tersebut pada siswa sekolah?. Ada juga yang menyampaikan bahwa lem aica aibon itu bisa digunakan untuk media memabukan.
Langsung saja hal tersebut banyak dapat kritik dan respon atas mata anggaran ini. Kontan kemarin mata anggaran itu hilang dan dikatakan ada salah ketik Petugas Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jakarta.
Beberapa hari lalu banyak juga alasan salah ketik yang disampaikan Staf Pemprov Jakarta ketika mata anggaran dalam RAPBD Jakarta 2020 dikritisi publik.
Dimana bisa banyak salah ketik dan dihilangkan setelah banyak respon dan kritik dari publik. Mata anggaran aneh dan mungkin salah ketik juga ada pada program Dinas Pariwisata yakni biaya anggaran buzzer Rp 5 milyar lebih untuk 5 orang. Coba lihat juga mata anggaran program pembelian bolpoin hampir Rp 124 milyar. Terebih berapa banyak bolpoin yang dibeli ini?. Hal ini mengagetkan juga, mungkin salah ketik lagi yakni mata anggaran pembuatan jamban atau septitank komunal. Pemprov Jakarta menganggarkan Rp 166 milyar untuk 30 septitank. Jadi pembuatan septitank dianggarkan Rp 5,5 milyar. Bagaimana pula dengan mata anggaran pembuatan pengecatan Rp 74 milyar?. Begitu pula dengan mata anggaran Rp 86 milyar untuk TGUPP membuat laporan gubernur Jakarta. Termasuk juga dengan mata anggaran pembelian anti virus Rp 12 milyar.
Mata anggaran di atas jelas tidak masuk akal dan mengada-mengada. Coba anggaran untuk 5 orang buzzer Jakarta Rp 5 milyar lebih. Sehingga jadi enak betul buzzer gubernur Jakarta, dibiayai Rp 1 milyar untuk setahun.
"Hebat kan setahun pemprov beli bolpoin anggarannya sampai hampir Rp 124 milyar. Enak betul jadi pegawai Pemprov Jakarta, sampai bolpoin saja disediakan dibelikan," ungkap Ketua Forum Warga Jakarta (Fakta), Rabu (30/10/2019).
"Bagaimana ceritanya Rp 74 milyar untuk mengecat jalur sepeda, berapa banyak catnya untuk berapa panjang pengecatan jalurnya. Perlu juga dijelaskan penggunaan yang begitu besar Rp 86 milyar untuk TGUP pembuat laporan gubernur. Pembelian anti virus sebesar Rp 12 milyar itu seperti apa penggunaannya. Rencana anggaran pembuatan Rp 5,5 milyar untuk 1 septitank itu kan seharga 1 rumah mewah," kritiknya.
Mungkin anggaran Rp 166 milyar pembuatan 30 septitank itu salah ketik untuk membangun rumah susun warga miskin. Soalnya membangun 6 tower (1 tower 154 unit rumah) rusun Rawabebek Jakarta Utara hanya sebesar Rp 98 milyar. "Ya, jangan-jangan ini juga salah ketik nih stafnya pak gubernur Jakarta. Tolong dilihat dan diperiksa ulang secara cermat semua program dan mata anggaran RAPBD Jakarta 2020. Kami, publik Jakarta bersedia membantu pemprov Jakarta untuk memeriksa banyaknya salah ketik dalam program dan mata anggaran RAPBD Jakarta 2020. Silahkan semua pembahasan RAPBD Jakarta 2020 dibuat transparan dan melibatkan partisipasi publik," tegasnya pria tersebut. (Red)
Posting Komentar
0Komentar