Ajarkan Kaum Millenial Cara "Ngidang" di Gedung SMB II

Berantas Sumsel
By -
0

PALEMBANG, BS.COM - Guna melestarikan kebudayaan warisan ngobeng (ngidang) yang telah menjadi tradisi orang melayu, khususnya masyarakat wong kito alias wong Palembang, Pemerintah Kota Palembang melalui Dinas Kebudayaan memperkenalkan kembali cara ngobeng atau ngidang kepada kaum millenial.

Menurut Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Palembang, Drs, Ratu Dewa, MSi melalui Staf Ahli WaliKota Palembang Bidang Ekonomi Pendapatan Daerah, Hukum dan HAM, Altur Febriyansyah mengatakan, tradisi ini merupakan warisan budaya leluhur Kota Palembang.

Dimana tradisi ini memilik makna yang mendalam. Pasalnya, kata Altur, tradisi ngidang dengan cara makan bersama-sama dan lesehan butuh kerjasama dan kesabaran.
“Ya, sebelum makan, kita bersama-sama harus mengidangkannya atau menyajikan terlebih dahulu. Dalam satu hidangan terdiri dari delapan orang, kemudian makan bersama. Ini sebagai wujud gotong royong yang harus kita lestarikan, karena untuk makan kita menyediakan makanan secara gotong royong, ada nilai positif, bisa menjalin komunikasi tanpa memperhatikan status sosial, semuanya rata duduk bersila,” ujar Altur usai membuka acara Ngidang di Museum SMB II, Selasa (26/11).

Makanya, sambung Altur, tradisi ngidang ini harus dilestarikan. Disamping kegiatan ini menjadi wahana menumbuhkan semangat dan motivasi dalam melestarikan adat istiadat agar tetap tumbuh dan berkembang.
“Sesuai keinginan Walikota, H Harnojoyo dalam programnya gotong royong, ini bisa kita ambil sisi positifnya. Mudah-mudahan kedepan akan menjadi agenda tahunan. Selain itu, ngidang juga diharapkan akan menjadi daya tarik wisatawan berkunjung ke Palembang,” imbuhnya.

Senada disampaikan oleh Kepala Dinas Kebudayaan bahwa tradisi ini hampir ditinggalkan oleh masyarakat yang hidup di perkembangan zaman.
“Maka dari itu dalam kegiatan tersebut saya mengajak kepada bapak dan ibu untuk memberikan pembelajaran kembali mengenai tradisi cara ngidang untuk makan bersama.
“Saya mohon doa kepada masyarakat pada 2020 nanti acara ngidang ini akan di daftarkan ke Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) dan UNESCO, sehingga tidak bisa diklaim oleh orang lain. selain itu juga kita akan mendaftarkan makanan khas asal Palembang Burgo yang kemudian akan kita hidangkan," tegasnya.

Dimana lihat kembali cara ini merupakan hal yang terlihat biasa namun dibalik itu ada nilai sejarah pada tempo dulu yaitu cara ngidang/tata cara makan di Kota Palembang. Selain itu juga di dalam kegiatan ngidang ini ada nilai bahu-membahu dalam menyediakan makanan.

Ditempat yang sama Ismail Kepala Bidang sejarah Dinas Kebudayaan menambahkan bahwa sejarah ngidang makan ini berawal dari arab, namun pada zaman Kesultanan Demangan cara tersebut dibuat berbeda jika dalam budaya arab semua hidangan dijadikan satu sedangkan dengan cara warga Palembang sendiri lauk-pauk semua terpisah tidak dijadikan satu.
”Untuk di Palembang sendiri kebudayaan ini masih melekat di daerah Tangga Buntung, 13-14 Ulu yang masih mempertahankan tradisi tersebut ditengah kemajuan zaman. Inilah yang menjadi tugas utama kami untuk kembali memperkenalkan warisan budaya serta mempertahankannya,” tambahnya pria tersebut. (Red)

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)