Mengenal Sosok Lurah Majasari Ajak Warga Sumbang Sampah Plastik

Berantas Sumsel
By -
0

# Inisiatif dan Belajar dari Pengalaman dalam Mengelolah Sampah Rumah Tangga

- Demi mencapai perkembangan dan keberhasilan suatu daerah yang dipimpin seorang pemimpin. Hal tersebut tentunya tergantung dari seorang pemimpin bagaimana cara ia memimpin itulah. Terlebih, menjadi seorang pemimpin itu tidaklah mudah seperti membalikkan telapak tangan.

Apalagi yang dipimpin disuatu instansi pemerintahan itu mulai dari pengawai bawahan hingga pegawai yang memiliki peran aktif demi mencapai keberhasilan program diharapkan bersama.

Seperti yang terjadi di Kelurahan Majasari, Kecamatan Prabumulih Selatan, Kota Prabumulih Sumatera Selatan (Sumsel) ini. Inggit Damayanti SE selaku Lurah Majarisari tak segan-segan mengajak warganya untuk mengumpulkan berbagai sampah plastik terutama, yakni kantong asoy.

Inggit sapaan akrabnya menyebutkan apapun bentuk warga yang berurusan di kelurahan berada dibawah pimpinannya. Mereka diwajibkan kelurahan membawa sampah plastik yang berasal dari rumahnya. Dimana tujuan hal tersebut dilakukan demi semata-mata menciptakan lingkungan warga pola hidup bersih dan sehat (PHBS), dan sekaligus mengajari warga buat tak membuang sampah sembarangan tempat.

Mengingatkan kata dia, sampah-sampah khususnya sampah non organik dulu berada di wilayahnya terbilang cukup banyak. Hal ini terjadi akibat masih minim kesadaran warga itu sendiri membuang sampah bukan pada tempat yang telah disediakan pemerintah. Dan, selain itu juga hal ini ditambahkan kurangnya operasional motor sampah. Dimana sejauh baru terdapat sebuah motor sampah, dan terlebih petugas harus ekstra berbagi dalam mengangkut sampah rumah tangga asal 4 RW di wilayahnya.
"Program ini memang inisiatif saya sendiri," ujar Lurah Majasari Inggit Damayanti SE, ketika dibincangi Berantassumsel, di kantornya, belum lama ini.

Wanita berjilbab yang dikenal ulet, tegas, disiplin dan berbaur bersama pegawai serta masyarakatnya, selain inisiatif ia sendiri dalam hal program wajib warga sumbangkan sampah dalam pelayanan. Ini program banyak belajar dari pengalaman dengan daerah lain alias semacam wilayah Tangerang, yang lebih duluan menerapkan program ini.

Diakunya wanita berjilbab dan berkacamata tersebut apalagi sampah ini sudah menjadi permasalahan nasional. Oleh karena itulah, sampah-sampah yang dibawakan masyarakat terutama kantong asoy, harus dipilah-pilah terlebih dahulu seorang petugas khusus dengan dibantu pegawai kelurahan sebelum dijualkan ke Ketua Bank Sampah Pusat Daur Ulang Sampah Kelurahan Pasar 2, Kecamatan Prabumulih Utara Kota Prabumulih.
"Alhamdulillah, walaupun program ini baru berjalan sekitar sebulan. Sampah-sampah khususnya sampah organik rumah tangga sekarang sudah mulai berkurang," ungkap perempuan mantan Kepala Seksi (Kasi) Ekonomi dan Pembangunan Kelurahan Anak Petai Kecamatan Prabumulih Utara tersebut.
"Bayangkan, kalau satu kepala keluarga (KK) menghasilkan sampah minimal 500 gram seharinya dan dikalikan sebanyak 1,921 KK yang ada. Sekitaran 9 ton sampah yang dihasilkan perharinya," terangnya seraya menyebutkan setidaknya dengan adanya program ini sampah rumah tangga di wilayahnya kini sudah berkurang jauh menjadi tiga perempat persen perhariya.

Dikatakannya lebih jauh, sampah yang dijualkan pihaknya tersebut keuntungannya bukan dipuruntukkan bagi pengawai kelurahan ini. Melainkan hasil penjualan setiap minggu tersebut semata-mata disumbangkan kepada warga kurang mampu asal 23 Rukun Tetangga (RT) dan 4 Rukun Warga (WR) dibawah naungannya, yang mana dianggap memang layak untuk dibantu pihaknya.
"Bantuan itu berupa sembilan bahan pokok (sembako) seperti beras itu. Kita bagikan kepada dua orang warga kita kurang mampu," akunya hasil penjualan sampah terutama kantong asoy setiap jumat rata-rata 8 Kg dengan total uang Rp 50 hingga 100 ribu.

Adapun kriteria masyarakat yang mendapat bantuan sembako dari pihaknya diberi nama sabtu bersedekah sampah (Sabtu Berkah) diantarkan langsung oleh ia dan pegawai berkeliling menggunakan sepeda ke rumah warga tak mampu tersebut. Adalah terdiri dari Kaum Dhuafa, Pakir Miskin dan Anak Yatim atau Yatim Piatu," kata dia sedangkan hasil penjualan sampah diluar kantong asoy masuk ke Bank Sampah Prabumulih (BSP) menjadi tabungan kas kelurahannya.

Dikatakan istri dari Yudi Hergantara ST banyak rintangan dan halangan menyangkut pihaknya sebelum menjalankan salah satu program terbaru sejak ia dipercayakan Pemerintah Kota (Pemkot) Prabumulih dalam hal ini, yaitu Walikota Prabumulih H, Ir, Ridho Yahya MM menjadi orang nomor satu di Kelurahan Majasari tersebut. Tapi, sebaliknya halangan dan rintangan haruslah dihadapi dengan sabar serta senyuman. Terlebih hal ini memang sudah menjadi kewajiban maupun tanggung jawab seorang lurah selaku pelayan bagi masyarakat.

Seperti, awal mulanya warga ngeluh atau pun terkadang keberatan terkait membawakan sampah plastik ke kelurahan sebagai syarat utama kalau mau dilayani dalam suatu urusan. Seperti keluhan warga tersebut kenapa diharuskan membawakan sampah ini. Padahal lurah sebelum-belumnya tidak pernah menarapkan aturan ini.
"Namun dengan dilakukan pendekatan dan sebaliknya diberikan arahan demi kebaikan bersama. Alhamdulillah mereka (warga, red) kita lama- kelamaan menerima kenyataan ini. Nah, justru sekarang mereka sendiri alias berlomba-lomba ingin mengumpul dan mengantarkan sampai kantong asoy ke kelurahan kita," cerita ibu tiga anak itu.
"Artinya, buat mencapai suatu program itu. Saya selaku lurah disini harus banting tulang, dan jangan sungkan-sungkan memberikan contoh yang baik terhadap mereka. Kalau sudan begini, ya, mereka dengan sendiri sadar diri," tambah perempuan mudah tersenyum dan pandai bergaul itu.
"Kalau warga bersangkutan lupa membawakan sampah saat berurusan kami suruh pulang dahulu buat ambil sampah, kalau keperluannya mau diselesaikan kita," tukasnya wanita berdomisili di Komplek Pertamina Asset 2 Prabumulih, komitmen sampah ini sudah dilakukan penandatangan bersama oleh warga.

Menariknya lagi, apa yang diharapkan pihaknya tersebut kini warga dengan sadar sendiri tertib pulang ke rumah menggambil sampah itu sebagai syarat pelayanan. Sebab, kelurahan berjanji sebelum sampah itu ada atau sebelum warga yang bersangkutan tiba di kantornya lagi. Pelayanan terbaik diberikan pihaknya itu sudah selesai dikerjakan.

Bukan cuma itu, kedepan pihaknya pula bakal sebaliknya membangun progam sumur sampah. Dimana keberadaan sumur umum masyarakat minimal berada di masing-masing lingkungan RW itu. Nanti sama tekniknya pembangunan diambil asal omset penjualan sampah-sampah organik berasal sumbangan sampah rumah tangga ribuan KK di daerahnya. (*)

Tags:

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)