JAKARTA, BS.COM - Sejak kedua negera sepakat untuk tidak menggunakan dolar, maka China dan Indonesia bakal menggunakan yuan-rupiah dalam kerjasama di bidang ekonomi.
Pengamat pendidikan dan Ekonomi Profesor, Dr, Drs H Syarwani Ahmad MM, mengatakan ini kabar baik yang patut dibanggakan.
“Selama ini, tiap transaksi ekonomi dunia yang digunakan uang Dolar Amerika. Penggunaam Yuan dan Rupiah merupakan proses kemajuan yang belum pernah dilakukan negara mana pun selama ini,” kata Syarwani dikutip Wideazone.com, Sabtu (3/10/2020).
Penggunaan yuan dan rupiah oleh China dan Indonesia, kata Syarwani, merupakan usaha progresif yang patut dicontoh negera-negara lain.
“Hanya saja, komitmen untuk menggunakan yuan dan rupiah harus dilakukan secara konsekuen. Sebab kondisi ini akan membangun kekuatan ekonomi China dan Indnesia,” katanya.
Sementara itu negara-negara lain juga akan mencontoh transaksi ekonomi China dan Indonesia.
“Menurut saya, secara pondamentasi, ini satu kemajuan untuk memperkuat sikap ekonomi kedua negara,” ujar Syarwani.
Kebijakan China dan Indonesia itu akan memicu semangat ekonomi bagi negara-negara berkembang di dunia. Jika selama ini dolar selalu menjadi acuan, sekarang China dan Indonesia sudah memperlihatkan sikap yang patut dicontoh.
“Ini sikap yang membanggakan,” kata Syarwani.
Prinsip ekonomi seperti ini bisa mengangkat nilai rupiah dimata dunia internasional.
“Ekonomi kita bisa bangkit. Apalagi dimasa pandemi Covid-19 ini,” ujar mantan rektor Universitas PGRI Palembang tersebut.
Kesepakatan pembayaran transaksi perdagangan bilateral dan investasi langsung (local currency settlement : ICS) itu menggunakan mata uang kedua negara, China dan Indonesia
Bank Sentral China atau People Bank of China (PBC) dan Bank Indonesia telah mengesahkan nota kesepahaman tentang penggunaan rupiah dan yuan.
Nota kesepahaman itu ditandatanga Gubernur PBC Yi Cang dan Gubernur BI Perry Warjio Rabu, (30/9/2020), lalu.
Dengan penggunaan yuan dan rupiah dalam transaksi perdagangan bilateral dan investasi langsung tersebut, bakal mengurangi pembayaran transaksi dengan dolar yang biasa digunakan dalam transaksi internasional.
Dalam keterangan resminya, BI menyatakan bahwa kesepakatan itu meliputi penggunaan kuotasi nilai tukar secara langsung dan perdagangan antar bank untuk mata uang yuan dan rupiah.
BI yakin dalam kesepakatan kerjasama kedua negara tersebut akam diperkuat dengan cara pertukaran informasi dan diskusi secara berkala antara otoritas China dan Indonesia.
Menurut BI, kesepakatan dibidang transaksi perdagangan kedua negara, akan memperkuat kerjasama keuangan bilateral antara China dan Insonesia.
Selain itu, kerjasama bidang perdagangan China-Indonesia bakal menambah daftar kesepakatan transaksi keuangan dengan mata uang lokal yang sudah dikantongi BI dari bank sentral negara lain.
Dalam kesepakatan yang dikantongi BI itu, dapat memperluas kerangka kerjasama LCS yang sudah ada antara BI dengan Bank of Thailand, Bank of Negara Malaysia, dan Kementerian Keuangan Jepang. (Red)
Posting Komentar
0Komentar