Manfaatkan Sisa Makanan, Olah Jadi Bahan Bernilai Ekonomis

Redaksi BS
By -
0



PRABUMULIH, BS.COM - Tidak semua bahan atau sisa makanan dianggap sampah. Bahkan, sisa makanan rumah tangga bisa diolah menjadi bahan bermanfaat maupun menghasilkan nilai ekonomi. Baik itu bermanfaat bagi individu atau kelompok usaha mikro kecil dan menengah.


Seperti halnya yang dilakukan Didik, Ketua Kelompok Kompas Lestari ini. Diakunya, pembuatan Kompos Maggot Sangrai sudah dilakoninya sejak berapa tahun terakhir itu. Hal itu berdasarkan dari idenya sendiri. Yang mana selama ini sering melihat sisa makanan dibuang begitu saja di rumahnya, sayuran-sayuran busuk, misalnya.


Menurutnya, tidak sulit membuat maggot sangrai, yakni pakan atau pelet burung tersebut. Adapun cara pembuatan maggot sangrai tersebut berasal dari sayur-sayuran, telur, dedak, dan yakul yang dipermentasikan selama tiga hari. Sehingga bahan-bahan tersebut menjadi busuk yang disukai lalat.


Selain khusus dari bahan makanan sisa makanan, juga pembuatan pelet burung tersebut murni dari bahan kompos dedak.

"Dalam satu kilo dedak dapat menghasilkan 10 botol maggot sangrai produksi kita," ujar Didik, Ketua Kompos Lestari, ketika dibincangi awak media, Rabu (28/2/2024), bertempat di Gedung Patra Ria, Komplek Pertamina Hulu Rokan Zona 4, Kota Prabumulih, Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel), dalam kegiatan edukasi media dengan ratusan peserta/wartawan di Sumsel.


Dengan harga jual perbotol kecil ini, yaitu Rp 10 ribu. Jadi perbotol ia mendapatkan keuntungan sekitar Rp 3 ribu.

"Nanti kedepannya kita akan mencari anggota kompos kita lebih banyak lagi. Sehingga mereka (anggota, red) kita mendapatkan tambahan penghasilan," imbuhnya pria tersebut.


Sejauh ini, kelompok usahanya tersebut pembiayaannya sudah dibantu pemerintah desa setempat. Dan, begitu juga sebaliknya UMKM-nya selama ini sudah difasilitasi usahanya dari Pertamina Hulu Rokan Zona 4 ini.

"Nah, dalam lima tahun ini sudah lima kali kita dibantu biaya buat operasional pembuatan maggot sangrai ini. Dan, termasuk pula tempat pembuatan produksi kompos tersebut," tutup pria tersebut yang saat ini menjalani usahanya di Kabupatan Ogan Komering Ulu (OKU), Provinsi Sumatera Selatan. (BN)

Tags:

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)