PRABUMULIH, BS.COM - PT Pertasamtan Gas, Kota Prabumulih, Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel), berkomitmen mendukung penuh ekonomi sirkular di kota tercinta ini. Itu hal bisa dilakukan baik melalui bank sampah, budidaya maggot, dan maupun pertanian organik berbasis pengelolaan limbah hasil pertanian itu sendiri.
Dimana komitmen tersebut diungkapkan External Relation Officer PT Pertasamtan Gas, Harry Maradona dalam Temu Mitra Binaan Corporate Social Responsibility (CSR), berpusat di Kebun Agrowisata Nanas Kota Prabumulih.
Menurut Harry Maradona, program CSR perusahaan minyak dan gas (migas) ini memang fokus kepada pemberdayaan ekonomi dan pemulihan lingkungan. Dimana, berbagai program tersebut usai dilakukan pihaknya serta berhasil mengantarkan wilayah binaan mendapat penghargaan di tingkat nasional.
Diakuinya, penghargaan itu diantaranya; penghargaan Kampung Iklim (Proklim) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia untuk Desa Pangkul, Kecamatan Cambai dan Kelurahan Gunung Ibul Barat (GIB) Kecamatan Prabumulih Timur.
”Sejak 2019 lalu, program CSR kita sudah mengarah ke pemberdayaan ekonomi melalui pengelolaan sampah. Di Desa Pangkul sendiri, kita membina anak-anak muda untuk membangun bank sampah, dan kegiatan pengomposan bahan organik buat mendukung pertanian sayur-sayuran," jelasnya, Selasa, (5/3/2024), kepada awak media ini.
"Sebagaimana diketahui, Pangkul merupakan sayuran utama di Prabumulih. Di Kelurahan Gunung Ibul, kita mendukung penggiat Budidaya Maggot BSF dan Cacing Tanah untuk mengatasi sampah di pemukiman warga,” papar Harry, dihadapan belasan Mitra Binaan CSR PT Pertasamtan Gas tersebut.
Memasuki Tahun 2024 ini, menurut Harry, perusahaan berencana memperluas wilayah binaan sekaligus menambah jumlah penerima manfaat program CSR. Terutama, wilayah Kelurahan Karang Jaya, Kecamatan Prabumulih Timur, yang memiliki potensi agrowisata nanas untuk menggerakkan ekonomi sirkular dengan pengolahan limbah hasil perkebunan buah ikonik Prabumulih ini.
”Sebagai contoh, limbah kulit nanas bisa diolah jadi pakan larva atau Maggot BSF, yang nantinya menghasilkan pakan ternak maupun kompos untuk mendukung pertanian nanas organik," cetusnya.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Prabumulih, yakni Ir Dwi Koryana diwakili Kepala Seksi (Kasi) Kajian Dampak Lingkungan Yayuk Suhartati menyambut baik rencana kegiatan CSR perusahaan migas ini. Terutama, diakuinya, terkait pengelolaan sampah yang menjadi problem serius untuk diatasi. Ia menyarankan agar kegiatan CSR PT Pertasamtan Gas juga diarahkan pada aksi-aksi adaptasi maupun mitigasi perubahan iklim di tingkat tapak.
Lanjutnya, terdiri dari pengolahan sampah dengan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycling), pemanfaatan pekarangan untuk ketahanan pangan, konservasi tanah dan air, dan hingga pertanian organik.
”Dengan demikian, daya lenting masyarakat terhadap perubahan iklim dapat diperkuat. Apalagi bagi masyarakat petani nanas yang pasti akan terpengaruh langsung akibat iklim yang berubah-rubah,” terang Yayuk.
Terlebih lagi, perubahan iklim memang sangat dirasakan petani nanas di Prabumulih, timpal S Antoni, Petani Inovatif Prabumulih Penggerak Agrowisata Nanas. Ia menyebutkan ketika kemarau panjang, produksi nanas baik dalam jumlah, ukuran, dan maupun bobot mengalami penurunan signifikan. Artinya, otomatis pendapatan petani kita turun juga.
Menurut Antoni, selain perubahan tata cara budidaya, banyak hal yang masih perlu dilakukan guna meningkatkan kesejahteraan petani nanas. Semacam dukungan akses pasar, dukungan infrastruktur penunjang, juga perlu inovasi pada produk turunan, serta bahkan produk turunan berbahan limbah nanas.
”Kami pikir, bukan tidak mungkin nanti kulit nanas yang saat ini jadi limbah dari pembuatan kripik di sini, diolah lagi nantinya. Bisa untuk budidaya maggot dan jadi pakan ikan ataupun pakan ayam. Bisa juga sekalian memanfaatkan limbah produksi serat daun nanas dijadikan pakan sapi atau kambing," cetusnya.
Selain limbah hasil pertanian nanas, permasalahan sampah domestik dari warga Kelurahan Karang Jaya turut disorot dalam pertemuan Mitra Binaan CSR Pertasamtan. Menurut Lurah Karang Jaya, Helton Arnada SE, pihak kelurahan secara rutin telah melakukan gotong-royong pembersihan sampah yang timbul ditepi jalan umum. Meski telah dilakukan sosialisasi, edukasi, bahkan teguran, pembuangan sampah liar oleh sebagian warganya kerab terjadi.
Itu hal, dijelaskan Helton menyadari bahwa aksi gotong-royong pembersihan sampah saja, tidak cukup untuk menyelesaikan masalah sampah warga di wilayah kelurahan dibawah pimpinannya. Di sisi lain, warganya memang kesulitan membuang sampah karena tidak ada fasilitas TPS serta wilayahnya berada di pinggiran kota, dan tidak dilewati armada pengangkutan sampah milik Pemerintah Kota (Pemkot) Prabumulih.
Syamsul Asinar Radjam, Agroekolog dan Pendiri Komunitas PrabumaGGot Indonesia berpendapat belajar dari praktik-praktik baik berhasil dilakukan komunitas-komunitas pengolah sampah di Kota Prabumulih tersebut. Haruslah ada semacam Unit Pengolahan Sampah Terpadu di tingkat komunitas.
"Usaha-usaha mengentaskan masalah sampah berbasis komunitas ini dimulai dari skala kecil. Small is beautiful. Kecil itu indah. Yang terpenting keberlanjutan dalam jangka panjang. Nanti lama-lama akan membesar. Dengan syarat ada keterlibatan dari banyak pemangku kepentingan. Baik pemerintah, perusahaan, kalangan profesional, dan lainnya," tegas dia.
“Pilihan aksinya juga disesuaikan dengan potensi sumber daya lokal yang tersedia di tingkat lokal. Pilihan teknologinya juga yang sepraktis mungkin, semurah- mungkin, tetapi efektif dalam mengubah masalah menjadi peluang. Tentu saja seberapa tebal modal sosial juga menjadi bahan pertimbangan," imbuhnya.
Menyangkut hasil olahan sampah dari Unit Pengolahan Sampah Terpadu di Kawasan Agrowisata Nanas Karang Jaya, lanjutnya, bisa saja bukan Maggot BSF. Bisa saja ekstraksi enzym nanas, bisa produk makanan seperti nata de soya, atau langsung untuk pakan ternak sapi dan kambing.
"Nah, ini perlu diusahakan tenaga ahli dan teknologinya ada di Prabumulih buat mempermudahkan proses adopsi teknologinya,” tutup Syamsul diakhir acara diskusi tersebut. (BN)
Posting Komentar
0Komentar