Kapolda Sumsel Tegaskan Penyidik Bekerja Profesional dan Proporsional Tangani Perkara

Redaksi BS
By -
0



PALEMBANG, BS.COM - Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Sumatera Selatan (Sumsel) Irjen A Rachmad Wibowo melalui Kabid Humas Kombes Sunarto menegaskan, penyidik Ditreskrimum dan Propam Polda Sumsel memiliki komitmen bertindak dan bekerja secara profesional, proporsional menangani setiap perkara.


Hal tersebut ditegaskan Kombes Narto sapaan akrabnya, Jumat, (26/4/2024) menanggapi perkembangan menanganan perkara yang melibatkan debt colector dan penganiayaan oleh oknum anggota kepolisian yang sedang ditangani Direktorat Kriminal Umum dan Bidpropam Polda Sumatera Selatan.

“Terkait penangananya, saya tegaskan penyidik bertindak secara profesional dan proporsional. Penyidik tidak memiliki kepentingan kecuali untuk penegakan hukum, tanpa memandang profesi, termasuk terhadap oknum anggota kepolisian sekalipun kepolisian untuk tunduk peradilan umum,” tegasnya.


Mantan Kabid Humas Riau tersebut mengaku kedua pihak telah saling melapor dan kedua perkara ditangani secara profesional oleh penyidik Ditreskrimum Polda Sumsel.

“Pertama Laporan oleh pihak debt colector dengan terlapor FN atas dugaan penganiayan terhadap korban Dedi Zuheriansyah sesuai laporan : LP/B/321/III/2024/SPKT POLDA SUMSEL, Tanggal 23 Maret 2024, pelapor Dira Oktasari tentang Penganiayan Berat Pasal 351 KUHP dengan ancaman hukuman maksimal lima tahun penjara. Penanganan kasus ini masih berproses dan berjalan, terlapor telah ditetapkan sebagai tersangka dan hari ini (26/4) dilakukan pemeriksaan oleh penyidik,” paparnya.

“Kedua Laporan polisi pelapor Desrummiaty, dengan terlapor Robert dan kawan-kawan (debt colector, red) atas dugaan perampasan dan atau pengeroyokan atau percobaan pencurian dengan kekerasan sesuai LP/B/322/III/2024/SPKT/POLDA SUMATERA SELATAN, Tanggal 23 Maret 2024, tentang Pencurian dengan Kekerasan, Pengeroyokan, Perampasan, turut serta membantu sesuai dengan Pasal 365 KUHP, 170 KUHP, 368 KUHP, 55 KUHP dengan ancaman hukuman maksimal 9 tahun penjara. Penanganan kasus ini juga berproses, penyidik telah menetapkan dua terlapor sebagai tersangka, yakni RJS dan BE,” sambungnya.


Terkait polemik tindakan, debt colector, Kombes Narto menjelaskan berdasarkan Keputusan Mahkamah Kondtitusi (MK) Nomor 18/PUU-XVII/2019 Tanggal 6 Januari 2020, dan ditegaskan lagi oleh Putusan MK nomer 2/PUU-XIX/2021 Tanggal 21 Agustus 2021 menjelaskan, apabila debitur keberatan menyerahkan secara sukarela obyek yang menjadi jaminan fidusia, maka segala mekanisme dan prosedur hukum dalam pelaksanaan eksekusi sertifikat jaminan fidusia tidak berlaku dan harus dilakukan eksekusi melalui putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.

“Jadi terhadap perkara ini, Putusan MK tersebut diatas merupakan dasar adanya mensrea terhadap kegiatan- kegiatan penarikan mobil di jalan oleh debt colector yang tidak sesuai dengan keputusan MK tersebut,” tuturnya.


Kombes Narto mengatakan berdasar hasil pemeriksaan tentang kepemilikan kendaraan yg dikuasai oleh oknum FN, mengaku dibelinya dari seorang yang bernama Edward alias Edo yang masih dalam pencarian penyidik. Narto juga menjelaskan bahwa dari hasil pemeriksaan sementara, oknum FN bukan merupakan debitur dan tidak memiliki hubungan hukum dengan kreditur.


Pihaknya menghimbau kepada seluruh masyarakat untuk mempercayakan penanganan kasusnya kepada penyidik. (Madon)

Tags:

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)